Sutradara film Oliver Stone percaya bahwa Pokemon Go adalah alat yang mampu mengumpulkan sejumlah besar data tentang pengguna smartphone dan merupakan langkah menuju “masyarakat robot”.
“Ini tingkat invasi baru,” kata Stone. “Tak seorang pun yang pernah melihat sepanjang sejarah di dunia ini seperti halnya Google. Yang menjadi pertumbuhan bisnis paling cepat yang pernah ada, dan mereka telah menginvestasikan uang dalam jumlah besar ke dalam bentuk pengawasan data-mining (pengambilan data). Mereka mengambil data setiap orang di ruangan ini tentang informasi mengenai apa yang Anda beli, apa yang Anda suka, dan semua perilaku Anda. “
-Dikutip dari Berita CBS, Oliver Stone: Pokemon Go adalah “totalitarianisme”
Oliver Stone mengklaim bahwa Pokemon Go adalah langkah lain menuju “pengawasan kapitalisme”.
“Pokemon Go ini ada di mana-mana. Inilah beberapa orang menyebutnya dengan pengawasan kapitalisme. Ini merupakan tahap terbaru mereka,” katanya. “Anda akan melihat bentuk baru masyarakat robot, mereka mengetahui bagaimana Anda ingin bersikap dan mereka akan membuat mockup yang mencocokan bagaimana Anda bersikap dan memberi umpan kepada Anda. Inilah apa yang disebut dengan totalitarianisme. ”
– Ibid.
Benarkah demikian adanya?
Sebelum kita telusuri lebih jauh, tujuan saya membuat artikel ini bukanlah untuk menyerang para penggemar permainan Pokemon Go, melainkan untuk menyadarkan kita bahwa kegiatan mata-mata intelijen adalah fakta dan benar adanya, hal ini dikuatkan pasca tragedi 9/11 di mana Amerika Serikat membuat undang-undang Patriot Act dan Homeland Security Act yang mengizinkan pihak komunitas intelijen negara memata-matai (surveillance) seluruh warga negaranya dengan alasan perang melawan terorisme.
Surveillance dan Totalitarianisme Abad ke-21
Totalitarianisme merupakan bentuk pemikiran politik di mana kontrol represif penuh dilakukan oleh satu pemerintahan terhadap populasinya sendiri. Hal ini digambarkan dalam novel terkenal karya George Orwell, Nineteen Eighty-Four (1984) yang menjadi kenyataan saat ini.
David Wise dan Thomas B. Ross dalam bukunya tahun 1964 menyebut pemerintahan totalitarianisme ini sebagai The Invisible Government.
Sedangkan Jagad A. Purbawati penulis buku Pemerintahan Bayangan & Big Brother, memaparkan apa yang disebut pemerintahan totalitarianisme ini dengan Pemerintahan Bayangan (Shadow Government).
Menurut David Wise dan Thomas B. Ross yang dimaksud dengan pemerintahan disini adalah pemerintahan tersembunyi dan tak kasat mata (invisible) yang “sebenar-benarnya” mengendalikan laju utama pemerintah yang digambarkan kepada kita secara umum (disebut Public Government atau dalam hal ini Amerika Serikat). Sejatinya pemerintahan tersembunyi ini memiliki sifat dan bertujuan bertolak belakang dari pemerintah yang kita pahami dalam konteks akademis, yakni pemerintahan yang benar-benar kita pilih untuk mengabdi kepada rakyat (Pemerintahan Resmi / Public Government).
The Invisible Government atau Shadow Government bertujuan untuk menciptakan totalitarianisme abad ke-21. Totalitarianisme menggunakan negara (yaitu pemerintahan resmi) sebagai alat (tools) oleh para konspirator global elit dan bankir elit international demi meluluskan pendirian New World Order (Tata Dunia Baru) dalam One World Government (Satu Pemerintah dan Pemerintahan Tunggal).1
Salah satu cara bagi para konspirator global mengendalikan pupulasi dunia saat ini ialah dengan mengendalikan masyarakat robot melalui teknologi abad modern.
Lantas Apa Hubungannya dengan Pokemon Go?
Pengembang Pokemon Go (Niantic) menggunakan aplikasi pemetaan Google dalam gamenya, dibalik itu permainan ini digunakan sebagai alat untuk kegiatan surveillance (pengamatan) intelijen dan digunakan sebagai alat kontrol populasi yang efektif, persis seperti yang George Orwell gambarkan 32 tahun yang lalu.
Tentu saja bukan hanya Pokemon Go, semua gadget dengan akun Google di dalamnya menjadi target surveillance intilijen para global elit.
Orang-orang yang paling berpengaruh dibalik kebijakan-kebijakan Google inilah yang menjadi benang merahnya, selain itu Google juga merupakan perusahaan yang berada dibawah kendali The Council on Foreign Relations (CFR) milik keluarga Rockefeller, lihat buku Rockefeller File karya wartawan investigatif terkemuka Amerika, Gary Allen.
Jared Cohen adalah “pendiri dan presiden Jigsaw” yang merupakan inkubator teknologi Google di Alphabet Inc (sebelumnya dikenal sebagai Google Ideas), Jared Cohen menjadi think tank Google dan CFR yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan intelijen para global elit dunia saat ini. Posisinya di CFR juga tidak main-main, ia menjabat sebagai “penasihat senior” untuk Ketua Eksekutif Alphabet Eric Schmidt dan “asisten senior” di The Council on Foreign Relations atau Dewan Hubungan Luar Negeri. Dari 2006 hingga 2010 ia juga pernah menjabat sebagai anggota dari sekretaris negara Staf Perencanaan Kebijakan dan penasihat dekat Condoleezza Rice dan Hillary Clinton.
Orang lain yang tak kalah pentingnya dilingkungan CFR ialah dinasti keluarga Rockefeller ke 4, dikenal sebagai John D. Rockefeller IV atau Jay Rockefeller. Pengaruhnya terhadap dunia intelijen dan namanya dikalangan konspirator global elit jelas tidak diragukan lagi, dilingkungan pemerintahan sendiri Jay Rockefeller menjabat sebagai anggota senat Amerika Serikat untuk wilayah Virginia Barat.
Kiprahnya di dunia intelijen pun tidak diragukan, menjabat sebagai Ketua Komite Intelijen Senat yang paling berpengaruh (pensiun pada bulan Januari 2009), di mana ia sering mengomentari perang di Irak. Jay Rockefeller awalnya mendukung apa yang diajukan oleh “komunitas intelijen” terkait ambisi nuklir Irak. Sebagai ketua komite Intelijen, ia memimpin penanganan sebuah laporan Administrasi genting dari operasi intelijen dan perang.3
Seberapa besar pengaruh CFR ini?
CFR inilah yang dimaksud Shadow Government yang kita bahas tadi, CFR punya wewenang untuk mengendalikan pemerintahan Amerika Serikat dan Media. Booming-nya Pokemon Go adalah hal yang mudah bagi CFR karena merekalah yang mengontrol media-media arus utama saat ini.
Peran Pokemon GO tentu saja adalah alat surveillance yang tidak di sia-siakan bagi Shadow Government, karena hubungan eratnya dengan Intelligence Community (Komunitas Intelijen).
Privasi adalah Segalanya
Tak lama setelah peluncuran permainan Pokemon GO, banyak pengamat IT khawatir atas sejumlah besar data yang diminta saat memainkan Pokemon Go setelah instalasi. Permainanan ini meminta akses penuh ke Google Account bagi pengguna di iOS dan Android. Meskipun Niantic (pengembang game Pokemon Go) mengklaim telah memperbaiki masalah celah pada permainannya, nyatan game ini memang mengumpulkan sejumlah besar data dari para pengguna smartphone yang menggunakannya.
Niantic dapat mengumpulkan data antara lain, alamat email, alamat IP, halaman web yang Anda gunakan sebelum masuk ke Pokemon Go, nama pengguna, dan lokasi Anda. Dan Anda membutuhkan akun Google Anda untuk masuk menggunakan perangkat iOS, kecuali Anda membatalkan permission-nya, Niantic memiliki hak akses ke seluruh akun Google Anda. Itu berarti Niantic bisa membaca dan menulis akses ke email Anda, dokumen Google Drive, dan banyak lagi. (Ini juga berarti bahwa jika server Niantic bisa di hack (di retas), siapa pun yang bisa meretas server akan berpotensi memiliki akses ke seluruh akun Google Anda. Dan Anda menjadi target hacker.
Hal ini juga dapat berbagi informasi dengan pihak lain, termasuk Perusahaan Pokémon yang dikembangkan bersama permainan ini, “penyedia layanan pihak ketiga,” dan “pihak ketiga” dapat melakukan “penelitian dan analisis, profil demografi, dan tujuan lain yang sejenis.”
Sekarang, banyak aplikasi berbasis lokasi seperti Foursquare. Tapi Pokemon Go sangat granular, blok demi blok data peta, dikombinasikan dengan popularitasnya yang melonjak, dengan segera menjadikannya salah satu aplikasi yang berbasis lokasi sosial paling rinci yang pernah dibuat.
Buzzfeed News, “You Should Probably Check Your Pokémon Go Privacy Settings”
Senator Al Franken dari Demokrat atas nama Sub-komite Privasi dan Teknologi Senat baru-baru ini mengirim surat ke Niantic yang mengungkapkan kekhawatiran tentang privasi.
Surat itu mencatat bahwa Pokemon Go mengumpulkan profil dan informasi, data lokasi akun, dan data “yang diperoleh melalui Cookies dan Web Beacon2.” Permainan ini juga meminta izin untuk melakukan hal-hal seperti kontrol getaran dan mencegah ponsel dari tidur. Franken ingin mengetahui tentang informasi dan fungsi apa yang ada, dan apa “tujuan lain” pengumpulan data ini.
Apalagi rilis dari aplikasi ini yang tidak diragukan telah booming, saya khawatir tentang sejauh mana Niantic mungkin bisa mengumpulkan, menggunakan, dan berbagi informasi pribadi pengguna tanpa persetujuan mereka yang tepat “.
– ArsTechnica, Senator Franken bertanya pada pembuat Pokemon Go: Mengapa semuanya masalah privasi?
Beberapa orang mungkin mengklaim bahwa aplikasi lain juga banyak yang mengumpulkan semua informasi serupa dan bahwa tidak ada yang baru dalam hal ini. Hal itu memang benar. Namun, Pokemon Go adalah satu langkah fenomenal dari kontrol manusia melalui teknologi, selain di download oleh puluhan juta orang di seluruh dunia melebihi pengguna aktif harian Facebook dan Twitter, Pokemon GO juga menjadi game online berbasis lokasi paling banyak di mainkan sepanjang sejarah yang penggunanya terlacak sepanjang waktu.
Semoga bermanfaat 🙂
Silahkan share artikel ini, dan boleh di copy paste asalkan mencantumkan backlink ardiyansyah.com
Sumber :
- http://vigilantcitizen.com/latestnews/oliver-stone-pokemon-go-new-stage-totalitarism-surveillance-capitalism/
- http://www.cbsnews.com/news/oliver-stone-pokemon-go-is-totalitarianism/
- http://www.cfr.org/experts/cybersecurity-iran-technology-and-foreign-policy/jared-cohen/b16451
- http://www.cfr.org/experts/asia-and-pacific-japan-cybersecurity/john-d-rockefeller-iv/b11886
- https://en.wikipedia.org/wiki/Jigsaw_(company)
- http://www.randyseptian.web.id/kebijakan-privasi
________
- Jagad A. Purbawati. Pemerintahan Bayangan & Big Brother, Pustaka Al-Kautsar, 2014. hlm. 3
- Web Beacon adalah file gambar transparan yang digunakan untuk memantau perjalanan Anda di satu situs Web atau kumpulan situs. Mereka juga disebut sebagai web bug dan biasanya digunakan oleh situs-situs yang menyewa jasa pihak ketiga untuk memonitor lalu lintas. Mereka mungkin digunakan dalam hubungan dengan cookies untuk memahami bagaimana pengunjung berinteraksi dengan halaman dan konten pada halaman situs web.
- https://en.wikipedia.org/wiki/Jay_Rockefeller