Peneliti tentang zionisme Ridwan Saidi, seperti dikutip dalam buku Jaringan Yahudi di Nusantara karya Artawijaya, menyebut Rotary Club Internasional sebagai perabot zionis. Sebagai organisasi elit yang menjalankan misi kemanusiaan, Rotary Club sepenuhnya dikendalikan oleh Freemasonry dan Zionisme.
Memang beralasan sekali, dengan memakai kedok kemanusiaan, mereka memiliki misi untuk memberikan layanan seperti pemberantasan penyakit polio, proyek pendidikan, sastra, manajemen air, serta tidak ketinggalan membangun itikad baik dalam menciptakan perdamaian di dunia. Tentu saja, maksud perdamaian dunia dalam konteks zionisme berbeda seperti apa yang kita pahami. Sebab perdamaian dunia versi Rotary tidak lain adalah wujud dari ide mason dimana agama-agama dunia ingin dieleminir dan kelak hanya akan muncul agama Yahudi saja.
Untuk yang ingin tahu lebih jauh tentang misi mereka, silakan cek di situs mereka
Rotary Club didirikan pada tahun 1905 oleh Percy Paul Harris (1868-1947), seorang pengacara Chicago. Saat kematiannya di usia ke tujuh puluh sembilan, Harris telah mengembangkan Rotary dengan pengikut 200.000 anggota dan tersebar di 75 negara.
National Association of Rotary Clubs (Asosiasi Rotary Club Nasional) dibentuk pada 1910. Namanya kemudian diganti menjadi Rotary International pada 1922 seiring dengan telah terbentuknya cabang-cabang di luar negeri. Kini Rotary sendiri telah menyebar ke 168 negara dan mempunyai lebih dari 1,2 juta anggota di sekitar 32.000 klub. Rotary Club bisa berkembang pesat justru karena pemikirannya yang bermasalah. Agama tidak dijadikan standar dalam pemilihan anggota. Bagi Rotary, agama adalah sebuah konsep Universal yang tidak bisa diklaim satu agama saja, ya persis dengan isu pluralisme, multikulturalisme, atau inklusivisme dimana semua agama menjadi relatif.
Sejarah Rotary International di Hindia Belanda sendiri dimulai sejak tahun 1927. Awalnya, mayoritas dari mereka adalah orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang datang mengisi pos-pos penting dalam elit pemerintahan kolonial seperti keuangan, direktur bank, insinyur pebisnis, pegawai administrasi, dan juga tidak ketinggalan wartawan, yang bernama J.H Ritman, seorang jurnalis ternama zaman Hindia Belanda.
Pada perkembangannya, kegiatan Rotary sempat terhenti dua kali. Pertama saat perang dunia kedua, yang dimulai tahun 1942 dan untuk kedua kalinya pada 23 February 1961, ketika kegiatan Rotary dilarang oleh Pemerintahan Presiden Sukarno.
Secara administratif, Rotary Club pertama dibentuk adalah Rotary Club Bandung tahun 1946 dengan jumlah anggota sebanyak empat puluh dua orang. Pada 1996, sejumlah Rotarian di bawah Panji Rotary, memulai usaha agar Rotary dapat diterima dan diizinkan melaksanakan kegiatan oleh pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Soeharto.
Usaha ini berhasil ketika negara secara resmi menerima keberadaan Rotary, melalui Surat No. 45 Tambahan Berita Negara Republik Indonesia tertanggal 5 Juni tahun 1970, Keputusan Menteri Kehakiman tertanggal 20 Mei tahun 1970 No. J.A. 5/70/9, yang dinyatakan sah berdasarkan hukum keberadaan Rotary di Indonesia, dengan nama “Perkumpulan Rotary Indonesia”.
Club pertama yang dibentuk pada periode ini adalah Rotary Club Jakarta pada 7 Desember 1970. Selanjutnya, mereka terus mengalami perkembangan pesat dari tingkat dunia hingga Indonesia. Dan, kini hingga 2011, Rotary Indonesia sudah memliki cabang mencapai lima puluhan, terbentang dari Sumatera hingga Kupang.
Rotary: Sebuah Sisi Lain dari Wajah Freemason
Menurut para anggota Rotary Club, nama Rotary dipilih karena rapat klub aslinya dirotasikan di antara klub-klub yang menjadi anggota organisasi ini. Tetapi hal tersebut benar-benar keliru karena Rotary mempunyai arti “pergantian” atau pengganti dari Freemasonry yang mulai kehilangan pengaruhnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat anggota dari Rotary Club saat Organisasi ini baru didirikan, lebih dari 40% anggota aktifnya adalah seorang Freemason yang juga merupakan organisasi bawah tanah Yahudi.
Artawijaya dalam buku “Jaringan Yahudi di Nusantara” menyebutkan bahwa para member Rotary kemudian disebut dengan Rotarian. Rotary mempunyai lambang atau lencana yang harus dipakai oleh Rotarian, yakni lambang seekor anak sapi betina sedang duduk. Anak sapi ini bergigi 24, berwarna kuning emas, dan biru. Warna yang dianggap melambangkan kesucian bagi warga Yahudi yang dipakai oleh para pendeta, tempat-tempat suci, dan klub-klub mereka. Di tengah-tengah lambang tersebut ada sebuah lambang berbentuk mata yang bertujuan mengingat pemakainya akan Haikal Sulaiman.
Charles Marden, orang yang pernah menjadi anggota Rotary selama tiga tahun, telah melakukan studi terhadap organisasi ini. Kemudian, ia mengemukakan beberapa data berikut. Setiap 421 orang anggota Rotary Club, 159 orang di antaranya mempunyai keterikatan kuat dengan Freemasonry. Loyalitas mereka terhadap Freemasonry melebihi clubnya. Dalam beberapa hal keanggotaan Rotary hanya terbatas untuk orang-orang Freemasonry, seperti di Edinburgh Inggris pada tahun 1921.
Dalam sebuah perkumpulan yang disebut Nan’s di Prancis disebutkan:
“Jika orang-orang Freemasonry membentuk organisasi yang bekerja sama dengan golongan lain, urusan organisasi tidak boleh berada di tangan orang lain. Personil organisasinya harus dipegang orang-orang Freemasonry dan harus berjalan sesuai dengan prinsip Freemasonry.”
Ketika Freemasonry mengalami penyusutan, justru Rotary mendapat dukungan sangat besar dan aktivitasnya semakin kuat. Hal ini karena orang-orang Freemasonry mengalihkan segala aktivitasnya kepada Rotary Club sampai tekanan-tekanan terhadap mereka hilang dan kondisinya kembali seperti semula.
Rotary didirikan pada 1905, yaitu tahun-tahun menjelang aktifhya Freemasonry di Amerika. Di antara programnya ialah menyelenggarakan kunjungan antar club. Di beberapa kota dibentuk Dewan Pimpinan Club sebagai koordinator antar club. Untuk menjadi anggota atau simpatisan Rotary maupun Freemasonry, seseorang harus menunggu panggilan dari pengurus club.
Rotary Club dan Skenario Israel Raya
Kisah Rotary Club sebagai kaki tangan Zionis pun bisa kita lihat dalam lintasan sejarah. Sejarah Rotary di Israel sendiri bermula Pada 1928 ketika James W. (Jim) Davidson, seorang berpangkat Komisaris Jenderal Rotary International dan mantan Presiden Rotary Club, menjawab panggilan dari Rotary International untuk membawa ide Rotary ke Timur Dekat, Asia Selatan, dan Timur Jauh.
Jim Davidson kemudian pergi ke Yerusalem dengan kereta api untuk bergabung dengan Dr Edward Wicher, seorang Rotarian dari San Anselmo, California, yang dibantu oleh tiga atau empat penduduk Yerusalem, dan telah menyiapkan tempat untuk Rotary di Yerusalem. Pertemuan para pendiri Yerusalem Rotary Club pun akhirnya berlangsung pada 22 Januari 1929 di Hotel St John. Presiden pertamanya adalah J.W. Crowfoot, seorang arkeolog Inggris dan Sekretaris dijabat oleh Vladamir Wolfson, seorang manajer dari Shell Oil. Adapun para anggota kebanyakan mereka berasal dari pejabat Inggris yang memang banyak bercokol di Yerusalem kala itu.
Setelah Rotary Club Yerusalem berdiri, mulailah dijalankan aksi-aksi sosial berupa santunan kemanusiaan dan program-program bakti lainnya. Mereka pun banyak mengundang para tamu dari kalangan pengusaha sebagai donatur untuk menunjang berbagai kegiatan operasionalnya. Jadilah kemudian para pengusaha Rotary dari Amerika, Kanada, Italia, Belanda, Swedia mulai ambil bagian dalam berbagai proyek di Rotary Club Yerusalem.
Di antara program-program itu adalah bantuan kesehatan untuk warga tidak mampu, melaksanakan pendidikan terintegrasi bagi penyandang cacat. Tak hanya itu, Rotary Club juga merambah dunia politik dengan menjembatani dialog dan meningkatkan hubungan antara Israel-Arab.
Ridwan Saidi dan Rizki Ridyasmara dalam buku Fakta dan Data Yahudi di Indonesia, menyatakan secara lebih gamblang bahwa Rotary Club awalnya didirikan untuk menunjang perjuangan mendapatkan tanah air bagi orang-orang Yahudi. Anggota Rotary sendiri adalah kalangan pengusaha yang menunjang dana bagi terbentuknya Negara Israel. Oleh karena itu, Rotary sesungguhnya berfungsi untuk membuat image yang baik terhadap Zionisme-Israel bahwa kaum Zionis itu “penolong orang Lepra”. Karena itu, waspadalah!
Semoga bermanfaat 🙂
Sumber :
Di ambil dari buku Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam karya Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi terbitan Aqwam tahun 2014.
Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi, lahir di Jakarta 31 Agustus 1985. Menamatkan diri dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah, Jakarta tahun 2008. Berbagai organisasi digelutinya selama di kampus baik menjadi Presiden BEMJ Bimbingan dan Konseling Islam, Wakil Ketua Kongres Mahasiswa (MPR) UIN Syarif Hidyatullah Jakarta hingga Ketua Umum Forum Komunikasi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam Seluruh Indonesia.
Minatnya yang besar pada kajian Dunia Islam mengantarkannya menjadi Koordinator Kajian Zionisme Internasional (KaZI). Analisanya terkait Zionisme Internasional dan konstelasi Dunia Islam, mengantarkannya berbicara dalam puluhan seminar seperti Mahkamah Konstitusi, ITB, Ul, Unpad, UNJ, UIN, Universitas Mercu Buana, dan berbagai masjid perkantoran.
Tahun 2011-2012, penulis diamanahkan menjadi Redaktur Pelaksana Eramuslim.com sekaligus dipercaya mengasuh rubrik konsultasi konspirasi. Ratusan artikel lahir dari tangannya dalam berbagai analisa dan laporan khusus terkait isu-isu keumatan dengan berbagai riset terkait inflitrasi Zionisme.
Kini, penulis banyak disibukkan menjadi Redaktur Pelaksana lslampos.com. tahun 2013, penulis diamanahkan menjadi Sekretaris Jenderal Jurnalis Islam Bersatu (JITU), sebuah kumpulan para jurnalis Islam di berbagai media tanah air.
Buku Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam adalah buku kedua setelah novel The Brain Charger diterbitkan Pustaka Al-Kautsar, tahun 2012. Sebuah novel yang mengetengahkan pertarungan pemikiran Islam versus liberal dalam membangun peradaban Islam.